Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI), Dr. Drs. Yohan, M.Si, menegaskan bahwa krisis iklim bukan lagi isu masa depan, melainkan tantangan nyata yang sudah dihadapi sehari-hari. Ia menyebut banjir, kekeringan, kebakaran hutan, pencemaran udara, hingga naiknya permukaan laut sebagai bukti nyata dampak perubahan iklim.
DEPUTI 1 | Indonesia Future Network (IFN) 2025 kembali hadir sebagai forum kolaborasi generasi muda dalam menjawab tantangan pembangunan berkelanjutan, kegiatan ini diikuti puluhan pemimpin muda lintas sektor, mulai dari dunia usaha, lembaga riset, hingga komunitas peduli lingkungan. Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI), Dr. Drs. Yohan, M.Si, menegaskan bahwa krisis iklim bukan lagi isu masa depan, melainkan tantangan nyata yang sudah dihadapi sehari-hari. Ia menyebut banjir, kekeringan, kebakaran hutan, pencemaran udara, hingga naiknya permukaan laut sebagai bukti nyata dampak perubahan iklim. “Pemuda adalah kunci perubahan. Mereka bukan hanya penerus bangsa, tapi juga garda terdepan dalam mengatasi krisis iklim yang kita rasakan saat ini,” ujar Yohan.
Masih menurut Yohan, lebih dari sepertiga penduduk Indonesia adalah pemuda yang memiliki akses terhadap teknologi, informasi, serta kemampuan beradaptasi yang tinggi. Potensi besar ini, katanya, dapat menjadi motor penggerak mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Dengan kreativitas dan energi yang mereka miliki, pemuda bisa menjadi teladan gaya hidup berkelanjutan, penggerak komunitas hijau, sekaligus inovator solusi digital untuk lingkungan,” jelasnya.
Ia menekankan, perjuangan pemuda tidak boleh berjalan sendiri. Dukungan kebijakan, ruang partisipasi, serta pendampingan dari pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil mutlak diperlukan. “Menjaga lingkungan adalah tanggung jawab moral dan spiritual. Alam sudah memberi kehidupan, maka sudah seharusnya kita jaga demi generasi mendatang,” tutur Yohan menutup arahannya sebelum meresmikan pembukaan IFN 2025.
Sebelumnya, Asisten Deputi Sistem dan Strategi Pelayanan Kepemudaan, Dr. Amar Ahmad, M.Si, dalam laporannya menegaskan pentingnya IFN sebagai ruang pembelajaran bersama. Ia menyebut forum ini melahirkan jejaring pemuda yang kelak dapat memberi masukan strategis, termasuk dalam revisi Undang-Undang Kepemudaan dan Pramuka. “Hasil IFN harus mampu membumikan mimpi besar menjadi solusi konkret, terutama di isu krisis iklim yang semakin mendesak,” kata Amar.
Forum ini menghadirkan sejumlah tokoh muda dan profesional, di antaranya Amalia Ayuningtyas (Partner Potato Head), Andreas Pandu Wirawan (Ecoxyztem), Anthony Utomo (KADIN), dan Arif Utomo (World Resource Institute). Para narasumber ini sepakat bahwa pemuda harus mengambil peran nyata, bukan sekadar wacana.
Amalia Ayuningtyas menekankan pentingnya konsistensi gerakan anak muda. “Isu udara bersih tidak bisa selesai hanya dengan kampanye, tapi harus diwujudkan dalam kebijakan dan perilaku sehari-hari,” ujarnya.
Sementara itu, Andreas Pandu Wirawan menambahkan, “Kolaborasi lintas sektor adalah kunci. Inovasi tidak akan berdampak jika berdiri sendiri, pemuda harus masuk ke ruang-ruang pengambilan keputusan.”
Di sisi lain, seorang peserta dari kalangan mahasiswa, Wildan, mengaku mendapat inspirasi besar dari forum ini. “Diskusi ini membuka mata saya bahwa langkah kecil seperti mengurangi plastik dan mendukung produk ramah lingkungan ternyata bisa memberi dampak besar kalau dilakukan bersama-sama,” ucapnya.
Kegiatan IFN 2025 menjadi wadah generasi muda untuk merumuskan kebijakan menuju Indonesia Emas 2045. Dengan semangat dan kreativitas, pemuda Indonesia diyakini mampu berdiri di panggung dunia sebagai pelopor perubahan menuju masa depan hijau, adil, dan berkelanjutan. (sal/mus)