Tercatat 35 peserta dari 35 provinsi berpartisipasi dalam ajang bergengsi ini. Mereka berasal dari beragam latar belakang seni, budaya, teknologi, hingga wirausaha kreatif. Para peserta tampil dengan ide dan karya terbaik, merepresentasikan kekayaan kreativitas generasi muda Indonesia.
Masing-masing kontingen menampilkan kekayaan budaya daerah melalui kreasi kostum karnaval yang unik, megah, dan penuh makna. Kegiatan ini menjadi wadah ekspresi kreativitas sekaligus pelestarian budaya lokal dalam kemasan modern, sejalan dengan semangat memperkuat identitas nasional melalui karya kreatif.
Delegasi Indonesia terdiri atas Mohamad Fikri Mubarok, Aulia Rahmah Yulia Pindayani, Romeo Matthew Pantouw, Viany Juniaty Huwae, dan Muhammad Rosyad Al Ghani. Kehadiran mereka mencerminkan komitmen Indonesia dalam memperkuat kepemimpinan pemuda di kawasan ASEAN melalui nilai-nilai integritas, inklusivitas, dan keberlanjutan.
Dewan juri pada kompetisi ini terdiri dari tiga tokoh kuliner nasional, yakni Chef Ari Wibowo (Chef Profesional), Nurul Annisa Safitri (Finalis MasterChef Indonesia Season 10), dan Sari Nurmayani (CEO PT Agritama Sinergi Inovasi). Penilaian meliputi teknik memasak, cita rasa, penyajian, serta narasi sejarah dari setiap hidangan yang disajikan.
Wakil Bupati Kota Waringin Barat menyampaikan awalnya tidak menyangka akan menjadi tuan rumah sehingga saat ditetapkan menjadi tuan rumah zona barat PPAP ini disambut dengan gembira.
Dalam kesempatan tersebut, Suriasni, Kepala Dinas Disparpora menjelaskan kondisi IPP di wilayahnya, termasuk tantangan dalam pengumpulan data di tingkat kabupaten/kota. Ia juga memaparkan potensi di daerah Kabupaten Soppeng, seperti Wisata Air Panas Lejja yang menjadi salah satu sektor ekonomi unggulan dan dapat mendukung pengembangan program kepemudaan berkelanjutan.
Pertemuan ini menjadi peluang silaturahmi serta pembahasan awal mengenai potensi kolaborasi antara Kemenpora dan IKA BEMNUS pada acara Ikatan Keluarga Alumni pada tanggal 20-22 Oktober mendatang, serta dalam penguatan jejaring alumni BEM di seluruh Indonesia.
Tahun ini, program AIYEP diikuti oleh 21 peserta, sementara SSEAYP diikuti oleh 16 peserta dan 1 orang National Leader, yaitu Devi Anifari. Para peserta akan menjadi duta muda Indonesia dalam kegiatan pertukaran budaya, kepemimpinan, dan kerja sosial lintas negara.
Di kawasan ini, terdapat berbagai spot bersejarah dan ikonik, seperti Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Monumen Ikan Belida, dan tentunya Jembatan Ampera yang legendaris. Terletak di tepian Sungai Musi, kawasan ini menawarkan suasana dinamis yang memvisualisasikan Palembang sebagai kota sungai yang memiliki peran penting dalam sejarah jalur perdagangan dan transportasi masa lalu.
Karya para desainer muda dalam ajang ini menampilkan transformasi wastra melalui pendekatan modern. Misalnya, Frenandito Wagiyo, perwakilan dari Sulawesi Utara, menampilkan busana yang terinspirasi dari keindahan laut Sulawesi Selatan.
Mengangkat tema “Future Friendly: Teknologi Karya Sahabat Muda yang Berkelanjutan”, lomba ini menantang peserta untuk menghadirkan solusi berbasis perangkat keras yang aplikatif dalam menjawab isu-isu lingkungan, energi, pertanian, dan transportasi. Setiap tim diberi waktu 20 menit untuk mempresentasikan sekaligus mendemonstrasikan alat ciptaan mereka di hadapan dewan juri.
Deputi Bidang Pelayanan Kepemudaan Kemenpora, Yohan, hadir mewakili Menteri Pemuda dan Olahraga RI untuk membuka acara tersebut. Dalam sambutannya, ia menegaskan peran penting generasi muda dalam kemajuan bangsa.
Ragam ide yang dikembangkan para peserta sangat beragam, mulai dari aplikasi gim, pengelolaan sampah, hospitality wisata, hingga penyebaran informasi duka. Menariknya, sebagian besar aplikasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah asal masing-masing tim.
Dalam proses penilaian, Dewan juri diminta untuk menerapkan ketegasan dan objektivitas. Hal tersebut bertujuan agar peserta belajar lebih jauh. Habibie menambahkan, kejujuran dalam penjurian justru penting untuk membentuk mental peserta agar lebih tangguh dan terbuka terhadap kritik yang membangun.
Salah satu peserta yang menarik perhatian adalah Cristopher dari Papua Barat Daya, yang membawakan lagu Bangun Pemudi Pemuda dan Manusia Kuat ciptaan Tulus dengan penuh penghayatan. “Sempat deg-degan karena para peserta lain luar biasa hebat. Lagu Bangun Pemudi Pemuda ini cukup menantang karena merupakan lagu nasional, jadi perlu improvisasi yang pas dan tidak berlebihan,” ujar Cristopher setelah tampil.