Sumpah Tak Pernah Usai: Pemuda dan Janji Abadi untuk Ibu Pertiwi
Pemuda di Indonesia: Harapan dan Amanah Masa Depan
Setiap generasi muda pada dasarnya berada dalam fase transisi: secara fisik mereka berkembang, dan secara psikologis mereka terus mencari kedewasaan. Fase inilah yang memosisikan pemuda sebagai modal penting dalam pembangunan — tidak hanya sebagai penerus, tetapi sebagai pelaku aktif perubahan sosial di era mereka. Secara global, World Health Organization (WHO) menggunakan istilah young people untuk rentang usia 10–24 tahun, sedangkan definisi “remaja” merujuk pada usia 10–19 tahun. Sementara itu, dalam konteks kepemudaan Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan menetapkan bahwa pemuda adalah warga negara berusia 16–30 tahun.
Tetapi batasan usia hanyalah aspek formal. Hakikat pemuda lebih dari sekadar angka mereka adalah individu yang penuh gairah, yang di satu sisi memiliki optimisme dan semangat idealisme, dan di sisi lain kerap menghadapi keraguan serta gelombang emosi. Pemuda adalah mereka yang berada di persimpangan, antara masa muda yang enerjik dan tanggung jawab masa depan.
Jejak Historis: Pemuda dalam Lintasan Sejarah Bangsa
Sejak zaman pra-kemerdekaan, kaum muda telah memainkan peran penting dalam perjalanan bangsa. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 menjadi saksi bahwa ketika pemuda bersatu, mereka mampu mematahkan batas-batas geografi dan budaya, memproklamirkan satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa.
Tak hanya dalam konteks simbolis, keberanian pemuda juga muncul di saat krisis nasional: tahun 1960-an ketika semangat otoritarianisme harus ditentang, dan terutama pada tahun 1998 ketika pemuda dari berbagai lapisan—mahasiswa, pelajar, sampai warga biasa—bersuara menuntut pergantian rezim Orde Baru yang telah lama terjerat praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).
Sejarah mencatat: perubahan besar sering dimotori oleh jiwa muda yang tak mau diam. Meski generasi sebelumnya mungkin tersandung salah langkah atau keputusan yang kontroversial, pemuda tetaplah obor harapan untuk meretas jalan baru.
Namun, revolusi zaman tak berhenti. Di era modern ini, tantangan yang dihadapi jauh lebih kompleks, termasuk retaknya rasa kebangsaan, fragmentasi identitas, hingga tekanan globalisasi yang menembus sendi budaya nasional. Oleh sebab itu, penting bagi pemuda untuk kembali meneguhkan visi, menumbuhkan karakter yang berakar, dan menjaga nilai luhur bangsa agar tidak terkikis.
Potensi Pemuda dan Sasaran Pembangunan Kepemudaan
Menurut Statistik Pemuda Indonesia 2024, jumlah pemuda mencapai 64,22 juta jiwa, atau sekitar 22,99 % dari total penduduk Indonesia. Databoks+2Badan Pusat Statistik Indonesia+2
Banyak pemuda yang memiliki bakat dalam bidang teknologi, seni, wirausaha, dan inovasi sosial.
Keberadaan beragam komunitas dan organisasi pemuda menyediakan ruang bagi pengembangan kapasitas, pengasahan kepemimpinan, dan aksi kolektif.
Rasa ingin berkontribusi terhadap perubahan sosial dan nasional masih menebal di kalangan pemuda — sebuah modal moral yang sangat berharga.
Dalam memaksimalkan potensi ini, pembangunan kepemudaan dapat menyasar pada tiga tingkatan:
Hambatan yang Belum Terpecahkan
Tak dapat dipungkiri, pemuda Indonesia menghadapi berbagai rintangan signifikan dalam membangun karakter dan berkontribusi maksimal.
Ketertarikan pada gaya hidup konsumtif dapat melemahkan rasa kebangsaan, memperluas jurang kesenjangan sosial, dan memicu fragmentasi nilai.
Walau ruang demokrasi lebih terbuka sejak reformasi, banyak pemuda yang cenderung pasif atau malah terjebak dalam konflik ketika ingin berpartisipasi kritis.
Menurut data BPS 2024, 56,98 % pemuda tercatat bekerja (Agustus 2024), tetapi 7,95 % di antaranya masih menganggur; ada pula 23,78 % yang tergolong NEET (Not in Employment, Education, or Training). GoodStats+1
Maraknya kekerasan remaja, penyalahgunaan narkoba, pelemahan disiplin, serta pelemahan nilai hormat terhadap orang tua dan guru menjadi tantangan moral yang nyata.
Wajah Bangsa Melalui Mata Pemuda
Jika bangsa adalah rumah bersama, maka pemuda adalah ruangan yang paling sering digunakan — ruang ekspresi, keraguan, harapan, dan aksi. Jika ruangan tersebut rusak, maka tampilan rumah itu pun akan terpengaruh.
Oleh karena itu, pembangunan karakter pemuda — mencakup pendidikan moral, kepemimpinan, serta kesadaran kebangsaan — harus menjadi prioritas tak hanya bagi institusi pendidikan, tetapi bagi seluruh tatanan negara dan masyarakat. Pemuda harus dilibatkan secara substantif dalam perumusan kebijakan pembangunan, bukan sebatas objek yang sekadar “dipakai dan kemudian dilupakan.”
Peran Pemuda yang Aktual dan Strategis
Beragam peran yang bisa diemban pemuda kontemporer antara lain:
Penutup: Amanah Generasi dan Pemuda Indonesia
Masa depan bangsa ini sangat bergantung pada cara pemuda hari ini memaknai identitas, melaksanakan tanggung jawab, dan mengaktualisasikan potensinya. Pemuda bukan sekadar penerus estafet kekuasaan — mereka adalah nadi pembaruan yang harus terus dijaga kearahannya agar bangsa Indonesia tidak kehilangan haluan. Semoga generasi muda Indonesia semakin sadar, berkualitas, dan berjiwa besar dalam mengemban amanah nasional.
Semoga tulisan ini memberi semangat dan inspirasi.
-humassisinfodeputi1-