Karya para desainer muda dalam ajang ini menampilkan transformasi wastra melalui pendekatan modern. Misalnya, Frenandito Wagiyo, perwakilan dari Sulawesi Utara, menampilkan busana yang terinspirasi dari keindahan laut Sulawesi Selatan.
DEPUTI1 | Palembang, – Salah satu agenda yang paling mencuri perhatian dalam penyelenggaraan Kreativesia Tahun 2025 adalah kompetisi fashion yang mengangkat tema “WASTRA BERSATU: Hangatnya Persahabatan dalam Jalinan Busana.” Tema ini mendorong para desainer muda Tanah Air untuk mengekspresikan makna persahabatan, toleransi, dan keberagaman melalui karya berbahan dasar wastra—kain tradisional khas Indonesia.
Kategori fashion dalam gelaran Kreativesia yang diselenggarakan di Beston Hotel Palembang ini, diikuti oleh 20 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka menampilkan karya busana yang memadukan elemen budaya lokal, modern, serta narasi emosional yang kuat tentang pentingnya persatuan dalam keberagaman.
Karya para desainer muda dalam ajang ini menampilkan transformasi wastra melalui pendekatan modern. Misalnya, Frenandito Wagiyo, perwakilan dari Sulawesi Utara, menampilkan busana yang terinspirasi dari keindahan laut Sulawesi Selatan.
“Karya saya memodernisasi gaya jas pria dengan menggunakan wastra batik yang dipadukan dengan payet dan batu kristal. Ini merupakan hasil riset yang saya lakukan untuk menciptakan karya yang relevan namun tetap berakar pada budaya,” ujarnya.
Sementara itu, perwakilan dari Jawa Barat menghadirkan pendekatan modern terhadap wastra dengan teknik manipulasi tekstil, eksplorasi tekstur, dan permainan warna. Asep Rahman mengungkapkan bahwa ide karyanya tersebut merupakan terobosan yang dilihat dari perspektif anak muda.
Namun, di balik inovasi tersebut, muncul pula perdebatan di antara para desainer maupun pelaku fashion mengenai modernisasi wastra. Beberapa pihak berpendapat bahwa modernisasi, terutama dari sisi teknik produksi seperti penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), printing, atau teknik digital lainnya, dapat mengaburkan keaslian dari wastra itu sendiri.
Salah satu juri, Rahman menyatakan pendapatnya terkait modernisasi penggunaan wastra
“Wastra kadang tidak terlihat keorisinilannya karena dianggap terlalu modern. Padahal, baik yang menjaga keaslian maupun yang memodernisasi, keduanya berada di jalur yang sama yakni mencintai dan melestarikan wastra. Perbedaannya hanya pada perspektif. ada pendapat yang ingin menjaga keorisinalan, sementara yang lain ingin menjaga relevansi dengan mengembangkan wastra agar tetap hidup di zaman sekarang,” ujarnya berkomenar
Melalui kompetisi Kriya, Kreativesia 2025 tidak hanya memperlihatkan keberagaman gaya dalam dunia fashion, tetapi juga membuka ruang dialog tentang makna pelestarian budaya di era modern. Perpaduan antara nilai tradisi dan inovasi menjadi bukti bahwa wastra tidak hanya sekadar warisan, melainkan juga medium ekspresi kreatif yang mampu menjembatani generasi. Dengan semangat persatuan dan keberagaman, para desainer muda menunjukkan bahwa wastra masih dan akan terus relevan dalam arus perkembangan zaman.(sat)