Ragam ide yang dikembangkan para peserta sangat beragam, mulai dari aplikasi gim, pengelolaan sampah, hospitality wisata, hingga penyebaran informasi duka. Menariknya, sebagian besar aplikasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah asal masing-masing tim.
DEPUTI1 | Palembang, 15 Oktober 2025 – Ajang tahunan Kreativesia 2025 kembali menghadirkan kompetisi bergengsi bagi para inovator muda Indonesia. Salah satu yang paling menarik perhatian tahun ini adalah Lomba Pengembangan Piranti Lunak, yang digelar pada Rabu (15/10) di Universitas Multi Data Palembang, tepatnya di lantai enam MDP Superstore.
Mengusung tema “Code for Unity: Aplikasi dalam Merawat Persatuan Menuju Masa Depan”, lomba ini diikuti oleh 11 tim dari berbagai provinsi di Indonesia. Setiap tim ditantang untuk menciptakan aplikasi atau sistem berbasis teknologi yang mampu memperkuat persatuan demi kemajuan bangsa. Kategori aplikasi yang dilombakan mencakup aplikasi media sosial, storytelling, serta start-up berbasis teknologi.
Ragam ide yang dikembangkan para peserta sangat beragam, mulai dari aplikasi gim, pengelolaan sampah, hospitality wisata, hingga penyebaran informasi duka. Menariknya, sebagian besar aplikasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah asal masing-masing tim.
Salah satu contoh menarik adalah SampahOnline.id, inovasi dari peserta asal Provinsi Bengkulu yang berfokus pada pengelolaan sampah. Meski masih dalam tahap percobaan, aplikasi ini telah menjalin kerja sama dengan pihak transporter untuk mendukung sistem pengangkutan sampah. Aplikasi tersebut dikembangkan untuk menjawab tantangan pengelolaan sampah di wilayah Bengkulu.
Ada pula aplikasi Pacific Bliss, yang menawarkan layanan hospitality berbasis digital, aplikasi ini dirancang untuk mempromosikan perjalanan wisata di daerah Provinsi Papua Barat Daya. Aplikasi ini menyasar pasar lokal serta pelaku UMKM pariwisata di daerah tersebut.
“Melalui aplikasi ini, kami ingin mengangkat pariwisata Papua Barat Daya sekaligus memberdayakan UMKM lokal. Ajang Kreativesia membuat saya belajar menurunkan ego idealis, karena masukan dari juri sangat membantu dalam memfokuskan pengembangan aplikasi di wilayah Papua terlebih dahulu,” ujar Daniel Sedik, peserta dari Papua Barat Daya
Proses penjurian dilakukan secara ketat oleh panel yang terdiri atas profesional IT, pengusaha start-up, dan akademisi. Dewan juri meliputi Ahmad Farisi (Dosen Universitas MDP), Dibya Pradana (Direktur Disbire.id), dan Andriansyah (Bendahara Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi/MIKTI).
Kriteria penilaian mencakup kualitas dan keandalan, inovasi dan kreativitas, antarmuka pengguna, keamanan, serta kompatibilitas. Dari berbagai kriteria tersebut, aspek kualitas, inovasi, dan desain antarmuka menjadi fokus utama.
“Apresiasi terhadap kreativitas di luar bidang olahraga seperti ini sangat penting. Kemenpora juga mengakomodasi bidang piranti lunak, piranti keras, serta desain grafis. Ke depan, diharapkan kategori piranti keras dan lunak dapat digabungkan agar menghasilkan solusi teknologi yang lebih utuh bagi start-up rintisan,” ujar Andriansyah.
Selain presentasi proyek, para peserta juga diwajibkan melakukan demonstrasi langsung di hadapan juri. Kreativesia 2025 sekali lagi membuktikan bahwa kreativitas di bidang teknologi informasi mampu menjawab tantangan zaman sekaligus mencetak generasi inovator masa depan. (sat/thi)